Rabu, 12 September 2012

Sekedar Tahu

Bertemu Mantan: Mengapa Segelas Kopi Lebih Baik dari Makan Siang

Peneliti dari Universitas Cornell (New York) bertanya pada 79 mahasiswa, untuk mencari tahu betapa cemburunya mereka jika pasangan mereka bertemu dengan mantan kekasih pada skenario yang berbeda.

Peserta survei ditanyakan: “Bagaimana Anda akan bereaksi jika pasangan Anda dihubungi oleh mantan kekasihnya dan menghabiskan waktu untuk: a) berkomunikasi via email b) berbicara melalui telepon c) minum kopi di pagi hari d) minum kopi setelah makan siang e) minum kopi di sore hari f) makan malam atau makan siang.”

Tiap responden harus menjelaskan reaksinya dalam lima tingkatan mulai dari “tidak cemburu sama sekali” sampai “sangat cemburu.”

Sementara itu, sebuah grup berbeda yang terdiri dari 74 mahasiswa ditanyakan pertanyaan yang sama, tetapi mereka harus menjelaskan reaksi dari teman dekat mereka. Para mahasiswa tersebut ditanyakan: “Bagaimana Anda akan bereaksi jika pasangan Anda dihubungi oleh mantan kekasihnya dan menghabiskan waktu untuk: a) berkomunikasi via email b) berbicara melalui telepon c)  minum kopi di pagi hari. d) minum kopi setelah makan siang e) minum kopi di sore hari f) makan malam atau makan siang.”

Mereka menggunakan skala kecemburuan yang sama. Hasilnya ternyata sangat mengejutkan, dan dipublikasikan dalam versi online “Jurnal PLoS ONE”.

Faktor kecemburuan meningkat tinggi ketika pasangan pergi makan dengan mantan kekasih, dibandingkan dengan segelas kopi. Bagi pria dan wanita, makanan menimbulkan kecemburuan lebih dibanding aktivitas yang tidak melibatkan makan bersama.

Data yang dikumpulkan dari kedua grup tersebut mengindikasikan bahwa makan malam bersama mantan itu lebih ke arah kencan dan bukan hanya sekedar makan!

“Sangat penting untuk melihat dari sudut pandang kekasih kita, itu bukan “hanya makan siang. Makanan bisa membuat sebuah hubungan menjadi lebih erat atau malah menghancurkannya,” kata peneliti Brian Wansink.

Studi ini bertujuan untuk memahami lebih luas pentingnya aktivitas makan bagi individu, antar individu dan hubungan sosial. Studi sebelumnya menunjukan pentingnya berbagi makanan dengan seseorang yang dekat dengan kita, dan juga makan malam keluarga sehingga anak tidak belajar kebiasaan buruk di meja makan.

Ada beberapa faktor yang membatasi studi, bagaimanapun juga: hanya sedikit yang dilibatkan dan subyeknya mempunyai profil yang sama (mahasiswa) dan pada usia muda. Skenario yang diberikan juga jika bertemu mantan kekasih, dan tidak memberi pertanyaan, bagaimana jika pasangan kita bertemu dengan orang asing. Riset lebih dalam diperlukan untuk menegaskan mengapa itu “bukan sekadar makan siang”...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar