Kamis, 13 Juni 2013

Wanita Marah Dengar Kata-kata Ini!

Ghiboo.com - Wanita adalah makhluk yang tercipta dengan karakter lebih sensitif. Mereka cenderung menggunakan perasaan ketimbang rasio.Bagi kebanyakan pria yang tengah menjalani hubungan, lebih baik selalu mengucapkan kata-kata manis di depan kekasih. Namun, jangan pernah menyinggung perasaannya dengan kata-kata yang mungkin tidak berkenan di hati pasangan wanita.Agar hubungan Anda berjalan mulus, Times of India akan memberi berbagai tips pernyataan apa yang sebaiknya Anda hindari.

Kamu terlihat gemuk mengenakan gaun itu
Pernyataan seperti ini bisa menurunkan rasa percaya dirinya dan membuatnya merasa tersinggung. Hati-hati berbicara soal berat badan, karena mungkin dia bisa mengalami frustasi.

Ibumu tampak lebih muda dari mu
Kebanyakan wanita pasti dekat dengan ibunya.Tapi jangan pernah mengatakan bahwa ibu nya justru tampak seperti adik dari kekasih Anda. Jangan pernah coba membandingkan jika Anda dan dia masih dalam tahap pendekatan.

Kamu mengingatkanku pada mantan kekasihku
Itu merupakan pernyataan terburuk yang tak ingin di dengar banyak wanita saat tengah menjajaki hubungan dengan seorang pria.

Ibuku adalah koki terbaik
Jangan terlalu membanggakan keahlian memasak ibumu di depan pasangan wanita. Karena wanita manapun akan selalu bangga dengan keterampilannya menciptakan kuliner lezat.

Saya tidak suka temanmu
Kebanyakan pria, masih tetap suka bergaul dengan teman-temannya meskipun telah memiliki kekasih, begitupun wanita. Jadi jangan pernah melarang seorang wanita tetap bergaul dengan teman-temannya .

Mengapa wanita suka berlama-lama di salon?
Jangan pernah lontarkan pertanyaan ini pada wanita. Apalagi mengeluh soal anggaran perawatan kecantikannya yang selalu minta di-support oleh Anda. Jika kebanyakan pria suka menghabiskan waktu sepak bola atau mengutak atik motor dan mobil, wanita pun ingin menghabiskan waktunya merawat dan mempercantik seluruh bagian tubuhnya.

Gadis itu seksi sekali
Setiap wanita pasti tidak akan pernah suka mendengarnya, apalagi jika pria sudah mulai membandingkan kecantikan kekasihnya dengan wanita lain.

Aku butuh waktu sendiri
Pernyataan ini bisa membuat banyak wanita salah paham. Bisa membuat pikirannya merasa dirinya tak dibutuhkan lagi oleh Anda. Secara perlahan pun wanita bisa menjaga jarak dan menjauhi Anda.
Jadi, pikir-pikir lagi sebelum mengatakan hal di atas ya...

Wanita Marah Dengar Kata-kata Ini!

Ghiboo.com - Wanita adalah makhluk yang tercipta dengan karakter lebih sensitif. Mereka cenderung menggunakan perasaan ketimbang rasio.Bagi kebanyakan pria yang tengah menjalani hubungan, lebih baik selalu mengucapkan kata-kata manis di depan kekasih. Namun, jangan pernah menyinggung perasaannya dengan kata-kata yang mungkin tidak berkenan di hati pasangan wanita.Agar hubungan Anda berjalan mulus, Times of India akan memberi berbagai tips pernyataan apa yang sebaiknya Anda hindari.

Kamu terlihat gemuk mengenakan gaun itu
Pernyataan seperti ini bisa menurunkan rasa percaya dirinya dan membuatnya merasa tersinggung. Hati-hati berbicara soal berat badan, karena mungkin dia bisa mengalami frustasi.

Ibumu tampak lebih muda dari mu
Kebanyakan wanita pasti dekat dengan ibunya.Tapi jangan pernah mengatakan bahwa ibu nya justru tampak seperti adik dari kekasih Anda. Jangan pernah coba membandingkan jika Anda dan dia masih dalam tahap pendekatan.

Kamu mengingatkanku pada mantan kekasihku
Itu merupakan pernyataan terburuk yang tak ingin di dengar banyak wanita saat tengah menjajaki hubungan dengan seorang pria.

Ibuku adalah koki terbaik
Jangan terlalu membanggakan keahlian memasak ibumu di depan pasangan wanita. Karena wanita manapun akan selalu bangga dengan keterampilannya menciptakan kuliner lezat.

Saya tidak suka temanmu
Kebanyakan pria, masih tetap suka bergaul dengan teman-temannya meskipun telah memiliki kekasih, begitupun wanita. Jadi jangan pernah melarang seorang wanita tetap bergaul dengan teman-temannya .

Mengapa wanita suka berlama-lama di salon?
Jangan pernah lontarkan pertanyaan ini pada wanita. Apalagi mengeluh soal anggaran perawatan kecantikannya yang selalu minta di-support oleh Anda. Jika kebanyakan pria suka menghabiskan waktu sepak bola atau mengutak atik motor dan mobil, wanita pun ingin menghabiskan waktunya merawat dan mempercantik seluruh bagian tubuhnya.

Gadis itu seksi sekali
Setiap wanita pasti tidak akan pernah suka mendengarnya, apalagi jika pria sudah mulai membandingkan kecantikan kekasihnya dengan wanita lain.

Aku butuh waktu sendiri
Pernyataan ini bisa membuat banyak wanita salah paham. Bisa membuat pikirannya merasa dirinya tak dibutuhkan lagi oleh Anda. Secara perlahan pun wanita bisa menjaga jarak dan menjauhi Anda.
Jadi, pikir-pikir lagi sebelum mengatakan hal di atas ya...

5 Hal yang Tidak Boleh Diucapkan Orangtua Kepada Anak

Bukan rahasia lagi, orangtua harus memperhatikan cara mereka berkomunikasi dengan anak-anak mereka. Apa yang kita katakan — dan cara kita mengatakannya — adalah masalah penting. Cara komunikasi orangtua akan memberi dampak pada hubungan orangtua-anak dalam jangka panjang.

Kalimat sederhana yang keluar dari mulut orangtua saat sedang frustrasi dapat berdampak besar.

"Kata-kata bisa menyakitkan dan tidak bisa ditarik ulang, jadi berhati-hatilah," ujar Debbie Pincus, seorang terapis, pembimbing orangtua dan penulis "The Calm Parent: AM & PM".

"Kita manusia. Kehidupan kita gila-gilaan dan kadang kita tidak memberikan waktu beristirahat dan berpikir kepada diri sendiri," ujar Pincus. “Hanya berhati-hatilah dan bertanggung jawab, dengan siapa pun kita berbicara."

Berikut ini lima hal yang tidak boleh diucapkan orangtua kepada anak mereka.

"Aku tidak peduli."
Anak kecil senang bercerita tentang segala sesuatu. Tentang pembicaraan mereka dengan teman-temannya, bentuk awan yang mereka rasa mirip dengan ular laut, alasan mereka menekan seluruh isi pasta gigi ke dalam bak mandi.

Tetapi terkadang orangtua tidak ingin mendengarkan mereka. Jangan pernah mengatakan Anda tidak peduli dengan cerita mereka. Itu akan membuat anak-anak merasa tidak penting dan menghilangkan rasa percaya.

SARAN: Beritahulah anak Anda bahwa masalah itu bisa dibahas di lain waktu, ketika Anda dapat fokus pada pembicaraan sang anak. Tetapi jangan ingkar janji. Jangan lupa membahas.

“Kamu kan sudah besar!"
Putri Anda berusia 7 tahun tapi masih bertingkah selayaknya anak umur 3. Jangan pernah menyalahkan tingkahnya sembari mengatakan “Kamu kan sudah besar!” Ini akan membuat anak-anak merasa dikritik padahal mereka bisa saja sedang punya masalah dan butuh bantuan untuk menyelesaikannya.

SARAN: “Ketika Anda hendak bereaksi, ambillah jeda waktu sebentar,” kata Pincus. Pikirkan matang-matang dampak perkataan Anda, jadi bukan asal reaksi spontan. Jeda membantu menurunkan adrenalin sehingga otak bisa berpikir tanpa emosi.

"Minta maaf!"
Anak Anda merebut mainan temannya dan membuatnya menangis. Anda langsung memerintahkan sang anak untuk meminta maaf atas tindakannya. Anda memang bermaksud mulia, tetapi memaksa anak untuk meminta maaf tidak mengajari mereka kemampuan sosial, kata Bill Corbett, penulis buku dan pendidik.

Anak kecil tidak dapat langsung mengerti kenapa mereka harus meminta maaf. Bila selalu disuruh, mereka bisa saja makin lambat memahami alasan meminta maaf bila telah melakukan tindakan buruk

SARAN: Minta maaflah kepada anak kecil yang dibuat menangis oleh anak Anda, sehingga pada saat bersamaan Anda memberi dia contoh bagus kelakuan yang ingin ditanamkan.

"Masak nggak bisa juga?"
Anda mengajari anak menangkap bola lima kali berturut-turut, dan dia belum mahir juga. Atau, ketika belajar soal matematika, dia tak kunjug paham. Anda pun langsung bertanya “Masak nggak bisa juga?” Komentar ini akan menjatuhkan mental mereka.

Sebab, sebagaimana dikatakan pakar pembelajaran Jill Laurean, anak-anak akan menangkap pertanyaan itu dengan berbeda. Mereka akan mengira Anda bertanya “Kenapa nggak bisa juga? Apa yang salah dengan kamu sehingga nggak bisa?”

SARAN:
Ambil waktu istirahat. Jika Anda sudah tidak tahu cara lain mengajari anak mengenai sesuatu, berhentilah. Lanjutkan pelajaran ketika Anda sudah siap untuk mencobanya lagi, mungkin setelah mencari pendekatan lain untuk mengajar apa pun yang sedang dipelajari anakmu.

"Ditinggal ya!"
Anak Anda menolak meninggalkan toko mainan atau taman, sementara Anda telat janjian. Jadi Anda memberikan ultimatum untuk menakut-nakuti dia: "Ditinggal ya!" Untuk anak yang masih kecil, ketakutan ditinggalkan orangtua adalah sesuatu yang sangat nyata. Tapi apa yang terjadi saat ancaman tidak berhasil? Anak dengan cepat belajar kalau ayah atau ibu memberikan ancaman kosong.

SARAN: Jangan bilang kepada anak bahwa Anda akan meninggalkan mereka. Sebaiknya, bikin rencana perjalanan (dari toko mainan ke tempat selanjutnya) sebelum berangkat dari rumah.

5 Hal yang Tidak Boleh Diucapkan Orangtua Kepada Anak

Bukan rahasia lagi, orangtua harus memperhatikan cara mereka berkomunikasi dengan anak-anak mereka. Apa yang kita katakan — dan cara kita mengatakannya — adalah masalah penting. Cara komunikasi orangtua akan memberi dampak pada hubungan orangtua-anak dalam jangka panjang.

Kalimat sederhana yang keluar dari mulut orangtua saat sedang frustrasi dapat berdampak besar.

"Kata-kata bisa menyakitkan dan tidak bisa ditarik ulang, jadi berhati-hatilah," ujar Debbie Pincus, seorang terapis, pembimbing orangtua dan penulis "The Calm Parent: AM & PM".

"Kita manusia. Kehidupan kita gila-gilaan dan kadang kita tidak memberikan waktu beristirahat dan berpikir kepada diri sendiri," ujar Pincus. “Hanya berhati-hatilah dan bertanggung jawab, dengan siapa pun kita berbicara."

Berikut ini lima hal yang tidak boleh diucapkan orangtua kepada anak mereka.

"Aku tidak peduli."
Anak kecil senang bercerita tentang segala sesuatu. Tentang pembicaraan mereka dengan teman-temannya, bentuk awan yang mereka rasa mirip dengan ular laut, alasan mereka menekan seluruh isi pasta gigi ke dalam bak mandi.

Tetapi terkadang orangtua tidak ingin mendengarkan mereka. Jangan pernah mengatakan Anda tidak peduli dengan cerita mereka. Itu akan membuat anak-anak merasa tidak penting dan menghilangkan rasa percaya.

SARAN: Beritahulah anak Anda bahwa masalah itu bisa dibahas di lain waktu, ketika Anda dapat fokus pada pembicaraan sang anak. Tetapi jangan ingkar janji. Jangan lupa membahas.

“Kamu kan sudah besar!"
Putri Anda berusia 7 tahun tapi masih bertingkah selayaknya anak umur 3. Jangan pernah menyalahkan tingkahnya sembari mengatakan “Kamu kan sudah besar!” Ini akan membuat anak-anak merasa dikritik padahal mereka bisa saja sedang punya masalah dan butuh bantuan untuk menyelesaikannya.

SARAN: “Ketika Anda hendak bereaksi, ambillah jeda waktu sebentar,” kata Pincus. Pikirkan matang-matang dampak perkataan Anda, jadi bukan asal reaksi spontan. Jeda membantu menurunkan adrenalin sehingga otak bisa berpikir tanpa emosi.

"Minta maaf!"
Anak Anda merebut mainan temannya dan membuatnya menangis. Anda langsung memerintahkan sang anak untuk meminta maaf atas tindakannya. Anda memang bermaksud mulia, tetapi memaksa anak untuk meminta maaf tidak mengajari mereka kemampuan sosial, kata Bill Corbett, penulis buku dan pendidik.

Anak kecil tidak dapat langsung mengerti kenapa mereka harus meminta maaf. Bila selalu disuruh, mereka bisa saja makin lambat memahami alasan meminta maaf bila telah melakukan tindakan buruk

SARAN: Minta maaflah kepada anak kecil yang dibuat menangis oleh anak Anda, sehingga pada saat bersamaan Anda memberi dia contoh bagus kelakuan yang ingin ditanamkan.

"Masak nggak bisa juga?"
Anda mengajari anak menangkap bola lima kali berturut-turut, dan dia belum mahir juga. Atau, ketika belajar soal matematika, dia tak kunjug paham. Anda pun langsung bertanya “Masak nggak bisa juga?” Komentar ini akan menjatuhkan mental mereka.

Sebab, sebagaimana dikatakan pakar pembelajaran Jill Laurean, anak-anak akan menangkap pertanyaan itu dengan berbeda. Mereka akan mengira Anda bertanya “Kenapa nggak bisa juga? Apa yang salah dengan kamu sehingga nggak bisa?”

SARAN:
Ambil waktu istirahat. Jika Anda sudah tidak tahu cara lain mengajari anak mengenai sesuatu, berhentilah. Lanjutkan pelajaran ketika Anda sudah siap untuk mencobanya lagi, mungkin setelah mencari pendekatan lain untuk mengajar apa pun yang sedang dipelajari anakmu.

"Ditinggal ya!"
Anak Anda menolak meninggalkan toko mainan atau taman, sementara Anda telat janjian. Jadi Anda memberikan ultimatum untuk menakut-nakuti dia: "Ditinggal ya!" Untuk anak yang masih kecil, ketakutan ditinggalkan orangtua adalah sesuatu yang sangat nyata. Tapi apa yang terjadi saat ancaman tidak berhasil? Anak dengan cepat belajar kalau ayah atau ibu memberikan ancaman kosong.

SARAN: Jangan bilang kepada anak bahwa Anda akan meninggalkan mereka. Sebaiknya, bikin rencana perjalanan (dari toko mainan ke tempat selanjutnya) sebelum berangkat dari rumah.

Menangani Anak Korban Kekerasan

Pada dasarnya setiap orang tua tentu menyayangi anaknya. Akan tetapi dalam menghadapi tingkah laku anak, tidak jarang orangtua hilang kesabaran sehingga tidak segan menggunakan kekerasan. Cara tersebut digunakan sebagai bentuk hukuman yang diharapakan bisa menimbulkan efek jera bagi anaknya.

Berikut ini terdapat beberapa bentuk kekerasan terhadap anak yang harus Anda hindari:

1. Kekerasan fisik:
suatu tindakan kekerasan yang bersentuhan langsung dengan tubuh atau fisik, baik yang meninggalkan bekas maupun yang tidak berbekas, seperti memukul, menampar, mencubit, dan menjambak.

2. Kekerasan verbal:
suatu bentuk komunikasi berbahasa berupa kata-kata yang di dalamnya mengandung unsur pelecehan atau penghinaan, seperti berbicara kasar, membentak, menghardik, memberikan sebutan yang tidak pantas (labeling).
3. Kekerasan seksual: seperti melakukan pencabulan, sodomi, dan inses.

Kekerasan pada anak harus dihindari dengan cara apa pun, karena dampaknya pada anak adalah sebagai berikut:
 
• Dampak psikis: kekerasan dapat menyebabkan terguncangnya kondisi jiwa atau psikologis anak. Anak dapat mengalami depresi, trauma, fobia, maupun gangguan seksual.
 
• Dampak fisik: dapat menyebabkan luka, seperti luka memar serta dapat menimbulkan suatu penyakit maupun trauma pada daerah tubuh tertentu.
 
• Dampak sosial: anak korban kekerasan dapat mengalami pengucilan oleh masyarakat di sekitarnya, bahkan dapat menimbulkan sebutan (julukan) baru yang tidak pantas bagi anak, seperti "anak korban pemerkosaan".

Bagaimana cara mengatasi dampak kekerasan terhadap anak ?
1. Menjauhkan anak dari lingkungan atau keadaan yang menyebabkan anak dapat mengingat kembali peristiwa kekerasan yang telah menimpanya.
2. Dampingi anak dalam beberapa kegiatan yang dilakukannya.
3. Buatlah suasana yang aman dan nyaman bagi anak Anda.
4. Orangtua hendaknya lebih waspada terhadap orang-orang yang berada di sekeliling anaknya.
5. Jelaskan kepada anak Anda tentang arti kekerasan, dengan cara mengatakan kepadanya bahwa tidak boleh membiarkan siapapun menggunakan kekerasan, terutama terhadap anak-anak.
6. Melibatkan anak dalam berbagai macam kegiatan positif, seperti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
7. Mengaktivasi otak kanannya dengan berbagai kegiatan seni seperti menggambar, melukis,  dan bermain musik agar menjadi suatu bentuk trauma healing bagi anak-anak.
8. Menggunakan terapi psikologis tertentu jika dibutuhkan.
9. Kenali rasa takut yang mungkin dialami anak Anda dan bersikap peka terhadap apapun yang dirasakannya.
10. Orangtua hendaknya jangan meninggalkan anaknya sendirian tanpa ada orang terdekat dan terpercaya yang mengawasinya.

Demi menghindari sikap kekerasan terhadap anak Anda, kenalilah faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan pada anak:

• Faktor internal:
faktor yang berasal dari dalam lingkungan pribadi anak, seperti disfungsi keluarga (peran orangtua yang tidak berfungsi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya), stres yang dialami keluarga (lahirnya anak yang tidak diharapkan, maupun orangtua yang mengalami PHK), stres yang dialami anak (kondisi anak yang berbeda, atau anak yang memiliki perkembangan mental berbeda).
 
• Faktor eksternal: faktor yang berasal dari lingkungan di sekitar anak, seperti faktor ekonomi (faktor yang paling banyak terjadi), faktor sosial (kesenjangan ekonomi, tempat tinggal yang tidak memadai, tingkat kriminalitas tinggi), faktor media sosial (maraknya tayangan televisi dan perkembangan internet yang mengandung unsur kekerasan, sehingga menjadi model bagi perilaku masyarakat).

Sumber: www.MeetDoctor.com
Penulis: Gizca
Reviewed by: Nuraini Dyah R., S.Psi
Counselor di SD.Semesta Bilingual School Semarang

Menangani Anak Korban Kekerasan

Pada dasarnya setiap orang tua tentu menyayangi anaknya. Akan tetapi dalam menghadapi tingkah laku anak, tidak jarang orangtua hilang kesabaran sehingga tidak segan menggunakan kekerasan. Cara tersebut digunakan sebagai bentuk hukuman yang diharapakan bisa menimbulkan efek jera bagi anaknya.

Berikut ini terdapat beberapa bentuk kekerasan terhadap anak yang harus Anda hindari:

1. Kekerasan fisik:
suatu tindakan kekerasan yang bersentuhan langsung dengan tubuh atau fisik, baik yang meninggalkan bekas maupun yang tidak berbekas, seperti memukul, menampar, mencubit, dan menjambak.

2. Kekerasan verbal:
suatu bentuk komunikasi berbahasa berupa kata-kata yang di dalamnya mengandung unsur pelecehan atau penghinaan, seperti berbicara kasar, membentak, menghardik, memberikan sebutan yang tidak pantas (labeling).
3. Kekerasan seksual: seperti melakukan pencabulan, sodomi, dan inses.

Kekerasan pada anak harus dihindari dengan cara apa pun, karena dampaknya pada anak adalah sebagai berikut:
 
• Dampak psikis: kekerasan dapat menyebabkan terguncangnya kondisi jiwa atau psikologis anak. Anak dapat mengalami depresi, trauma, fobia, maupun gangguan seksual.
 
• Dampak fisik: dapat menyebabkan luka, seperti luka memar serta dapat menimbulkan suatu penyakit maupun trauma pada daerah tubuh tertentu.
 
• Dampak sosial: anak korban kekerasan dapat mengalami pengucilan oleh masyarakat di sekitarnya, bahkan dapat menimbulkan sebutan (julukan) baru yang tidak pantas bagi anak, seperti "anak korban pemerkosaan".

Bagaimana cara mengatasi dampak kekerasan terhadap anak ?
1. Menjauhkan anak dari lingkungan atau keadaan yang menyebabkan anak dapat mengingat kembali peristiwa kekerasan yang telah menimpanya.
2. Dampingi anak dalam beberapa kegiatan yang dilakukannya.
3. Buatlah suasana yang aman dan nyaman bagi anak Anda.
4. Orangtua hendaknya lebih waspada terhadap orang-orang yang berada di sekeliling anaknya.
5. Jelaskan kepada anak Anda tentang arti kekerasan, dengan cara mengatakan kepadanya bahwa tidak boleh membiarkan siapapun menggunakan kekerasan, terutama terhadap anak-anak.
6. Melibatkan anak dalam berbagai macam kegiatan positif, seperti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
7. Mengaktivasi otak kanannya dengan berbagai kegiatan seni seperti menggambar, melukis,  dan bermain musik agar menjadi suatu bentuk trauma healing bagi anak-anak.
8. Menggunakan terapi psikologis tertentu jika dibutuhkan.
9. Kenali rasa takut yang mungkin dialami anak Anda dan bersikap peka terhadap apapun yang dirasakannya.
10. Orangtua hendaknya jangan meninggalkan anaknya sendirian tanpa ada orang terdekat dan terpercaya yang mengawasinya.

Demi menghindari sikap kekerasan terhadap anak Anda, kenalilah faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan pada anak:

• Faktor internal:
faktor yang berasal dari dalam lingkungan pribadi anak, seperti disfungsi keluarga (peran orangtua yang tidak berfungsi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya), stres yang dialami keluarga (lahirnya anak yang tidak diharapkan, maupun orangtua yang mengalami PHK), stres yang dialami anak (kondisi anak yang berbeda, atau anak yang memiliki perkembangan mental berbeda).
 
• Faktor eksternal: faktor yang berasal dari lingkungan di sekitar anak, seperti faktor ekonomi (faktor yang paling banyak terjadi), faktor sosial (kesenjangan ekonomi, tempat tinggal yang tidak memadai, tingkat kriminalitas tinggi), faktor media sosial (maraknya tayangan televisi dan perkembangan internet yang mengandung unsur kekerasan, sehingga menjadi model bagi perilaku masyarakat).

Sumber: www.MeetDoctor.com
Penulis: Gizca
Reviewed by: Nuraini Dyah R., S.Psi
Counselor di SD.Semesta Bilingual School Semarang

Kisah Wanita Berpinggang Terkecil di Inggris

 

Nerina Orton: Britain’s Tiniest WaistWanita yang satu ini memiliki obsesi untuk menjadi wanita berukuran pinggang terkecil di dunia.

Nerina Orton adalah seorang wanita asal Inggris yang memiliki lingkar pinggang 15,7 inci (40 cm). Normalnya untuk ukuran tubuh Norton, ukuran pinggangnya seharusnya sekitar 61 cm. Namun mahasiswa Universitas Birmingham ini malah ingin berusaha mengecilkan lagi ukuran pinggangnya hingga 35 cm.

Tujuan Nerina sederhana; ia ingin menjadi wanita yang memiliki lingkar pinggang terkecil di dunia. Keinginannya timbul sejak ia masih kecil. Dikutip dari Yahoo! UK, saat berumur 14 tahun, Nerina adalah remaja yang berisi. Saat itu ibunya memberikannya sebuah korset agar tubuhnya tak terlihat terlalu gemuk.

Sayangnya Nerina justru malah terobsesi dengan tubuh kurus. Di umur 16, Nerina mengidap anoreksia dan kelainan pola makan. Namun dalam satu tahun ia berhasil terbebas dari penyakit tersebut.

Satu yang tak berubah, Nerina tak pernah melepaskan korsetnya. Hanya saat mandi saja ia melepaskan korset-korset tersebut. Bahkan seperti dikutip dari harian The Sun, Nerina tetap membiarkan tubuhnya terbalut korset bahkan pada saat ia tidur.

Sayangnya Nerina tak sadar kalau yang ia lakukan merusak tubuhnya. Setiap dua kali setahun, dokter memaksanya melakukan pemeriksaan tulang pinggul.

"Tulang pinggungku menjadi rapat. Dokter hanya memastikan tulang itu tidak patah atau di tempat yang tidak seharusnya," ujarnya tenang.

Kini ia telah memiliki 78 korset senilai total US$25 ribu atau sekitar Rp2,2 miliar. Ia pun harus makan dalam enam porsi kecil sehari untuk mencegah perutnya membesar.