Rabu, 17 April 2013

Ghiboo.com - Anda rutin meminum jus kemasan setiap hari? Mulai kini, biasakanlah membuat jus buah sendiri di rumah.

Bukan apa-apa, tapi jus buah yang dijual di pasaran mengandung gula yang cukup tinggi.

Gula sudah terkenal sebagai zat yang berbahaya bagi gigi.

Ketika meminumnya, bakteri di dalam mulut akan mengubahnya menjadi asam, yang memicu penipisan lapisan gigi dan gusi. Plak gigi menjadi bukti adanya penumpukan bakteri di permukaan gigi.

Selain itu, beberapa jenis jus buah, seperti jeruk nipis atau cranberi juga dapat membahayakan enamel gigi karena lebih asam dibandingkan cuka.

"Jus buah kini sangat populer karena kelihatnya tampak menyehatkan. Padahal, jus buah mengandung gula yang sangat tinggi dan asam yang dapat merusak gigi," jelas Dr Nigel Carter, chief executive dari British Dental Health Foundation, dikutip dari Dailymail (16/4).

Membatasi konsumsi minum jus buah menjadi cara baik untuk mencegahnya, terutama pada anak-anak. Kalaupun ingin membuat jus buah sendiri, buatlah jus buah yang agak encer (dengan tambahan air). Beberapa ahli kesehatan pun menyarankan untuk meminum jus dengan sedotan untuk membatasi kontak dengan gigi.

Ghiboo.com - Anda rutin meminum jus kemasan setiap hari? Mulai kini, biasakanlah membuat jus buah sendiri di rumah.

Bukan apa-apa, tapi jus buah yang dijual di pasaran mengandung gula yang cukup tinggi.

Gula sudah terkenal sebagai zat yang berbahaya bagi gigi.

Ketika meminumnya, bakteri di dalam mulut akan mengubahnya menjadi asam, yang memicu penipisan lapisan gigi dan gusi. Plak gigi menjadi bukti adanya penumpukan bakteri di permukaan gigi.

Selain itu, beberapa jenis jus buah, seperti jeruk nipis atau cranberi juga dapat membahayakan enamel gigi karena lebih asam dibandingkan cuka.

"Jus buah kini sangat populer karena kelihatnya tampak menyehatkan. Padahal, jus buah mengandung gula yang sangat tinggi dan asam yang dapat merusak gigi," jelas Dr Nigel Carter, chief executive dari British Dental Health Foundation, dikutip dari Dailymail (16/4).

Membatasi konsumsi minum jus buah menjadi cara baik untuk mencegahnya, terutama pada anak-anak. Kalaupun ingin membuat jus buah sendiri, buatlah jus buah yang agak encer (dengan tambahan air). Beberapa ahli kesehatan pun menyarankan untuk meminum jus dengan sedotan untuk membatasi kontak dengan gigi.

Bayi Prematur Bisa tumbuh Optimal Jika Dengar Musik

Umumnya bayi yang terlahir prematur akan diletakkan di dalam inkubator untuk membantu proses pertumbuhannya. Dan baru-baru ini penelitian menemukan bahwa kondisi ini dapat dimaksimalkan dengan bantuan suara musik yang diperdengarkan pada si bayi.
Bayi-Prematur-Bisa-tumbuh-Optimal-Jika-Dengar-Musik

Suara tersebut tidak terbatas pada bunyi-bunyian musik saja, melainkan suara orang tua atau suara-suara yang menyerupai detak jantung ibu saat si bayi masih di dalam rahim.
Peneliti menganggap bahwa suara-suara tersebut dapat memperlambat detak jantung bayi yang berada dalam NICU (Neonatal Intensive Care Unit) serta membantu meningkatkan pola tidur dan pola makan bayi yang sedang dirawat.

Joanne Loewy, kepala Louis Armstrong Center for Music and Medicine di Beth Israel Medical Center, New York, menyatakan, “ setelah mempelajari studi dan literatur lain, kami beranggapan bahwa bayi tidak tumbuh cukup baik saat berada di dalam inkubator.”

“Namun fungsi neurologis dan pertumbuhan organ vital bayi tersebut dapat ditingkatkan dengan memperdengarkan suara-suara yang berirama,” tambah Loewy seperti dilansir Reuters.
Hasil pengamatan pada 272 bayi prematur di 11 NCU yang memiliki terapis musik menunjukkan bahwa denyut jantung bayi yang diperdengarkan musik atau nyanyian orang tuanya turun rata-rata satu hingga dua detak per menit.

“Selain mewakili keakraban hubungan kekeluargaan, lantunan suara berirama dapat memberikan efek menenangkan pada bayi. Inilah sebabnya menyanyikan lagu-lagu yang menenangkan pada bayi dapat mengurangi stres pada bayi,” terang Loewy.

Bayi Prematur Bisa tumbuh Optimal Jika Dengar Musik

Umumnya bayi yang terlahir prematur akan diletakkan di dalam inkubator untuk membantu proses pertumbuhannya. Dan baru-baru ini penelitian menemukan bahwa kondisi ini dapat dimaksimalkan dengan bantuan suara musik yang diperdengarkan pada si bayi.
Bayi-Prematur-Bisa-tumbuh-Optimal-Jika-Dengar-Musik

Suara tersebut tidak terbatas pada bunyi-bunyian musik saja, melainkan suara orang tua atau suara-suara yang menyerupai detak jantung ibu saat si bayi masih di dalam rahim.
Peneliti menganggap bahwa suara-suara tersebut dapat memperlambat detak jantung bayi yang berada dalam NICU (Neonatal Intensive Care Unit) serta membantu meningkatkan pola tidur dan pola makan bayi yang sedang dirawat.

Joanne Loewy, kepala Louis Armstrong Center for Music and Medicine di Beth Israel Medical Center, New York, menyatakan, “ setelah mempelajari studi dan literatur lain, kami beranggapan bahwa bayi tidak tumbuh cukup baik saat berada di dalam inkubator.”

“Namun fungsi neurologis dan pertumbuhan organ vital bayi tersebut dapat ditingkatkan dengan memperdengarkan suara-suara yang berirama,” tambah Loewy seperti dilansir Reuters.
Hasil pengamatan pada 272 bayi prematur di 11 NCU yang memiliki terapis musik menunjukkan bahwa denyut jantung bayi yang diperdengarkan musik atau nyanyian orang tuanya turun rata-rata satu hingga dua detak per menit.

“Selain mewakili keakraban hubungan kekeluargaan, lantunan suara berirama dapat memberikan efek menenangkan pada bayi. Inilah sebabnya menyanyikan lagu-lagu yang menenangkan pada bayi dapat mengurangi stres pada bayi,” terang Loewy.

Waspada! Pakai Kosmetik Bisa Picu Menopause Dini


Menurut sebuah penelitian, bahan kimia yang terkandung di alat make-up atau kosmetik, hairspray dan pembungkus pada makanan kemasan bisa menyebabkan wanita mengalami menopause dini.
Waspada!-Pakai-Kosmetik-Bisa-Picu-Menopause-Dini
Para peneliti di Washington University, Missouri menemukan bahwa kelompok bahan kimia yang dikenal sebagai pthalates bisa ditemukan dalam plastik, kosmetik, produk rumah tangga dan pembungkus makanan. Semua ini bisa mengganggu sistem reproduksi wanita, termasuk indung telur, dan menyebabkan menopause dini.

Menurut penelitian sebelumnya, pthalates sudah diduga bisa meningkatkan risiko kanker, diabetes dan obesitas. Penelitian ini menemukan bahwa wanita yang terkena dosis tinggi akan mengalami menopause hampir dua setengah tahun sebelum wanita normal lainnya.

Penelitian ini juga mengamati tingkat pthalates dalam darah atau urine dari 5.700 wanita. Wanita yang memiliki jumlah tertinggi pthalates ditemukan mengalami menopause lebih awal dengan rata-rata 2,3 tahun sebelum wanita pada umumnya. Usia menopause biasanya terjadi pada 51 tahun, sehingga wanita yang terkena tingkat tertinggi bisa mengalaminya pada 49 tahun.

Menurut Dr. Natalia Grindler, beberapa wanita mungkin akan mengalami menopause 15 tahun lebih awal, di pertengahan 30-an. Menopause dini juga terkait dengan risiko yang lebih tinggi terkena stroke, penyakit jantung, masalah tulang dan pendarahan otak fatal.

“Menopause dini memiliki banyak dampak pada kesehatan Anda. Menurut penelitian kami, bahan kimia ini memiliki potensi untuk mempengaruhi fungsi ovarium dan reproduksi manusia,” ujar Grindler seperti dikutip Dailymail.co.uk.

Sayangnya, penelitian ini belum bisa menjelaskan mengapa beberapa wanita bisa terkena tingkat yang lebih tinggi dari bahan kimia tersebut. Kemungkinan, wanita tersebut memakai make-up, minum air botol atau sering konsumsi makanan kemasan secara berlebihan.
Para ahli juga mendesak para wanita untuk tidak perlu terlalu khawatir. “Kekhawatiran saya belum terlalu tinggi pada tahap ini. Paparan phthalate ada di mana-mana dan dengan demikian, kita tidak mungkin untuk menghindarinya. Konsumsi makanan segar dan tidak berbungkus bisa mengurangi paparan phthalate, tetapi tidak akan menghilangkannya,” jelas Profesor Richard Sharpe, ahli kesehatan reproduksi di University of Edinburgh.

Waspada! Pakai Kosmetik Bisa Picu Menopause Dini


Menurut sebuah penelitian, bahan kimia yang terkandung di alat make-up atau kosmetik, hairspray dan pembungkus pada makanan kemasan bisa menyebabkan wanita mengalami menopause dini.
Waspada!-Pakai-Kosmetik-Bisa-Picu-Menopause-Dini
Para peneliti di Washington University, Missouri menemukan bahwa kelompok bahan kimia yang dikenal sebagai pthalates bisa ditemukan dalam plastik, kosmetik, produk rumah tangga dan pembungkus makanan. Semua ini bisa mengganggu sistem reproduksi wanita, termasuk indung telur, dan menyebabkan menopause dini.

Menurut penelitian sebelumnya, pthalates sudah diduga bisa meningkatkan risiko kanker, diabetes dan obesitas. Penelitian ini menemukan bahwa wanita yang terkena dosis tinggi akan mengalami menopause hampir dua setengah tahun sebelum wanita normal lainnya.

Penelitian ini juga mengamati tingkat pthalates dalam darah atau urine dari 5.700 wanita. Wanita yang memiliki jumlah tertinggi pthalates ditemukan mengalami menopause lebih awal dengan rata-rata 2,3 tahun sebelum wanita pada umumnya. Usia menopause biasanya terjadi pada 51 tahun, sehingga wanita yang terkena tingkat tertinggi bisa mengalaminya pada 49 tahun.

Menurut Dr. Natalia Grindler, beberapa wanita mungkin akan mengalami menopause 15 tahun lebih awal, di pertengahan 30-an. Menopause dini juga terkait dengan risiko yang lebih tinggi terkena stroke, penyakit jantung, masalah tulang dan pendarahan otak fatal.

“Menopause dini memiliki banyak dampak pada kesehatan Anda. Menurut penelitian kami, bahan kimia ini memiliki potensi untuk mempengaruhi fungsi ovarium dan reproduksi manusia,” ujar Grindler seperti dikutip Dailymail.co.uk.

Sayangnya, penelitian ini belum bisa menjelaskan mengapa beberapa wanita bisa terkena tingkat yang lebih tinggi dari bahan kimia tersebut. Kemungkinan, wanita tersebut memakai make-up, minum air botol atau sering konsumsi makanan kemasan secara berlebihan.
Para ahli juga mendesak para wanita untuk tidak perlu terlalu khawatir. “Kekhawatiran saya belum terlalu tinggi pada tahap ini. Paparan phthalate ada di mana-mana dan dengan demikian, kita tidak mungkin untuk menghindarinya. Konsumsi makanan segar dan tidak berbungkus bisa mengurangi paparan phthalate, tetapi tidak akan menghilangkannya,” jelas Profesor Richard Sharpe, ahli kesehatan reproduksi di University of Edinburgh.

Kamis, 14 Maret 2013

Kiat Sehat Pelihara Hewan Berbulu


Hewan berbulu seringkali dianggap sebagai biang penularan penyakit seperti toxoplasma. Benarkah demikian?
Ahli kesehatan dari Universitas Hasanuddin, Aminuddin Syam, M.Kes, SKM mengakui, memang ada hewan berbulu yang bisa menularkan virus atau kuman. Tetapi tidak semua.

“Semua tergantung bagaimana interaksi mereka dengan hewan peliharaan dan bagaimana menjaga kebersihannya,” ujarnya.

Dari banyak binatang berbulu, kucing paling dominan menjadi pembawa TORCH. TORCH adalah istilah yang mengacu pada infeksi yang disebabkan Toksoplasma, Rubella, Cymegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus II (HSV-II). Infeksi TORCH sering disebut sebagai biang masalah kesuburan, seperti wanita jadi sulit hamil. Potensi penularannya kepada manusia bisa melalui mulut, hidung, maupun bawah kulit. Terutama menular pada mereka yang selalu berinteraksi dengan hewan pembawa virus atau kuman.

Karena itu, perempuan yang mengalami gangguan janin pada masa kehamilan, biasanya akan diperiksa TORCH. Terlebih bila pasien tersebut memiliki riwayat sering berinteraksi atau memelihara hewan berbulu seperti kucing.

Menurut Aminuddin, biasanya wanita yang setiap saat berinteraksi bahkan tidur dengan kucing, mempunyai peluang tertular TORCH. Saat itulah virus atau kuman yang terdapat dalam bulu kucing bisa terhirup melalui saluran napas, atau menular lewat mulut dan bawah kulit. “Kemudian masuk ke pembuluh darah, paru-paru,” jelasnya.

Selain itu, TORCH juga bisa mengakibatkan masalah pada janin yang dikandung ibu hamil. Beberapa masalah yang bisa timbul pada janin akibat TORCH meliputi gangguan saraf, mata, kelainan otak, paru-paru, mata, telinga, maupun gangguan pembesaran kepala (hydrocepalus).

Dihubungi terpisah, ahli kedokteran hewan drh Nurmansyah menjelaskan, toksoplasma memang bisa berkembang dari saluran pencernaan kucing. Tetapi harus disadari juga bahwa tidak semua kucing pembawa tokso.

“Tokso juga bisa menempel pada kotoran anjing, kucing, bahkan kotoran burung merpati,” katanya.

Nurmansyah yang berpraktik di Pondok Kelapa, Jakarta Timur, itu menuturkan, untuk mencegah penularan toxo sebenarnya mudah saja. Hewan peliharaan harus dalam kondisi bersih, terpelihara dengan baik, dan kita menganut pola hidup sehat.

Mencuci tangan sebelum makan dengan menggunakan sabun saja sudah mampu membuat toxo mati. “Bahkan, kalau ada kotoran terkontaminasi toxo dan tidak ditimbun, tokso akan mati bila tertimpa sinar matahari selama tiga menit,” jelasnya. 

Kebiasaan hidup sehat ini harus menjadi perhatian kaum ibu yang suka berkebun dan menggali tanah. Mereka harus membiasakan diri dan anak-anaknya untuk cuci tangan menggunakan sabun sebelum makan.

“Saya punya teman tidak punya kucing tapi positif tokso sampai tiga kali (kandungannya) dikuret,” kata dokter hewan yang juga berpraktik di Galaksi, Bekasi.

Kebersihan hewan juga perlu diperhatikan. Untuk membuang kotoran hewan peliharaan, kata Nurmansyah, bisa dengan menggali tanah (membuat septic tank). Setiap tujuh hari sekali, guyur septic tank tersebut menggunakan karbol.
Sedangkan untuk perawatan, mandikan anjing atau bersihkan kucing rata-rata seminggu sekali. “Memandikan anjing memang tergantung jenisnya dan panjang pendek bulu hewan. Tapi rata-rata dimandikan seminggu hingga dua minggu sekali,” katanya.