Kamis, 14 Maret 2013

Kiat Sehat Pelihara Hewan Berbulu


Hewan berbulu seringkali dianggap sebagai biang penularan penyakit seperti toxoplasma. Benarkah demikian?
Ahli kesehatan dari Universitas Hasanuddin, Aminuddin Syam, M.Kes, SKM mengakui, memang ada hewan berbulu yang bisa menularkan virus atau kuman. Tetapi tidak semua.

“Semua tergantung bagaimana interaksi mereka dengan hewan peliharaan dan bagaimana menjaga kebersihannya,” ujarnya.

Dari banyak binatang berbulu, kucing paling dominan menjadi pembawa TORCH. TORCH adalah istilah yang mengacu pada infeksi yang disebabkan Toksoplasma, Rubella, Cymegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus II (HSV-II). Infeksi TORCH sering disebut sebagai biang masalah kesuburan, seperti wanita jadi sulit hamil. Potensi penularannya kepada manusia bisa melalui mulut, hidung, maupun bawah kulit. Terutama menular pada mereka yang selalu berinteraksi dengan hewan pembawa virus atau kuman.

Karena itu, perempuan yang mengalami gangguan janin pada masa kehamilan, biasanya akan diperiksa TORCH. Terlebih bila pasien tersebut memiliki riwayat sering berinteraksi atau memelihara hewan berbulu seperti kucing.

Menurut Aminuddin, biasanya wanita yang setiap saat berinteraksi bahkan tidur dengan kucing, mempunyai peluang tertular TORCH. Saat itulah virus atau kuman yang terdapat dalam bulu kucing bisa terhirup melalui saluran napas, atau menular lewat mulut dan bawah kulit. “Kemudian masuk ke pembuluh darah, paru-paru,” jelasnya.

Selain itu, TORCH juga bisa mengakibatkan masalah pada janin yang dikandung ibu hamil. Beberapa masalah yang bisa timbul pada janin akibat TORCH meliputi gangguan saraf, mata, kelainan otak, paru-paru, mata, telinga, maupun gangguan pembesaran kepala (hydrocepalus).

Dihubungi terpisah, ahli kedokteran hewan drh Nurmansyah menjelaskan, toksoplasma memang bisa berkembang dari saluran pencernaan kucing. Tetapi harus disadari juga bahwa tidak semua kucing pembawa tokso.

“Tokso juga bisa menempel pada kotoran anjing, kucing, bahkan kotoran burung merpati,” katanya.

Nurmansyah yang berpraktik di Pondok Kelapa, Jakarta Timur, itu menuturkan, untuk mencegah penularan toxo sebenarnya mudah saja. Hewan peliharaan harus dalam kondisi bersih, terpelihara dengan baik, dan kita menganut pola hidup sehat.

Mencuci tangan sebelum makan dengan menggunakan sabun saja sudah mampu membuat toxo mati. “Bahkan, kalau ada kotoran terkontaminasi toxo dan tidak ditimbun, tokso akan mati bila tertimpa sinar matahari selama tiga menit,” jelasnya. 

Kebiasaan hidup sehat ini harus menjadi perhatian kaum ibu yang suka berkebun dan menggali tanah. Mereka harus membiasakan diri dan anak-anaknya untuk cuci tangan menggunakan sabun sebelum makan.

“Saya punya teman tidak punya kucing tapi positif tokso sampai tiga kali (kandungannya) dikuret,” kata dokter hewan yang juga berpraktik di Galaksi, Bekasi.

Kebersihan hewan juga perlu diperhatikan. Untuk membuang kotoran hewan peliharaan, kata Nurmansyah, bisa dengan menggali tanah (membuat septic tank). Setiap tujuh hari sekali, guyur septic tank tersebut menggunakan karbol.
Sedangkan untuk perawatan, mandikan anjing atau bersihkan kucing rata-rata seminggu sekali. “Memandikan anjing memang tergantung jenisnya dan panjang pendek bulu hewan. Tapi rata-rata dimandikan seminggu hingga dua minggu sekali,” katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar