Jumat, 14 Desember 2012

Jika Lidah tak Dapat Mengecap Rasa Dengan Baik

Tanya:
Kenapa ya, setiap aku minum teh pahit atau teh tawar, kok rasa minumanku manis seperti teh manis? Bahkan melebihi manisnya teh manis. Kadang sering aku tuduh keluarga/kawanku bahwa mereka memberi gula ke minuman yang kuminum, padahal tidak. Tolong infonya ya.

Juni, 19 tahun, Medan

Jawab:
Dear Juni,

Gangguan pengecapan yang Anda alami ini dikenal dengan nama disgeusia. Gangguan rasa bisa disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atau telinga, dan kadang dialami oleh orang yang sedang menjalani radiasi atau kemoterapi sebagai metode pengobatan. Dapat juga dialami oleh mereka yang pernah menjalani operasi hidung, tenggorokan, atau telinga, atau pernah mengalami cedera kepala serta kurang menjaga kebersihan mulut.

Dalam beberapa kasus, seseorang mungkin mengalami gangguan rasa sementara akibat mengonsumsi obat atau antibiotik. Terlalu lama terpapar pada bahan kimia kuat seperti insektisida juga dapat menyebabkan gangguan ini.

Untuk pemeriksaan lebih lanjut sebaiknya Anda memeriksakan diri ke dokter THT. Gangguan yang bersifat sementara lazimnya bisa diatasi dengan mengonsumsi obat-obatan tertentu.

Dalam beberapa kasus, gangguan rasa mungkin bersifat permanen. Dalam kondisi ini, pengobatan hanya bisa berperan sampai taraf tertentu, tanpa bisa mengembalikan kondisi seperti sediakala.

dr. Margareta AmeliaMeskipun seorang pasien tidak dapat mengecap rasa seperti manis atau gurih, jangan terus menambahkan gula atau garam sampai lidah bisa mengecapnya. Hal ini justru akan berbahaya dalam jangka panjang di mana pasien berpotensi mengalami masalah lain seperti diabetes atau tekanan darah tinggi.

Yang jelas, hilangnya rasa tidak boleh dianggap enteng dan harus segera dikonsultasikan dengan dokter. Semoga membantu.

Jika Lidah tak Dapat Mengecap Rasa Dengan Baik

Tanya:
Kenapa ya, setiap aku minum teh pahit atau teh tawar, kok rasa minumanku manis seperti teh manis? Bahkan melebihi manisnya teh manis. Kadang sering aku tuduh keluarga/kawanku bahwa mereka memberi gula ke minuman yang kuminum, padahal tidak. Tolong infonya ya.

Juni, 19 tahun, Medan

Jawab:
Dear Juni,

Gangguan pengecapan yang Anda alami ini dikenal dengan nama disgeusia. Gangguan rasa bisa disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atau telinga, dan kadang dialami oleh orang yang sedang menjalani radiasi atau kemoterapi sebagai metode pengobatan. Dapat juga dialami oleh mereka yang pernah menjalani operasi hidung, tenggorokan, atau telinga, atau pernah mengalami cedera kepala serta kurang menjaga kebersihan mulut.

Dalam beberapa kasus, seseorang mungkin mengalami gangguan rasa sementara akibat mengonsumsi obat atau antibiotik. Terlalu lama terpapar pada bahan kimia kuat seperti insektisida juga dapat menyebabkan gangguan ini.

Untuk pemeriksaan lebih lanjut sebaiknya Anda memeriksakan diri ke dokter THT. Gangguan yang bersifat sementara lazimnya bisa diatasi dengan mengonsumsi obat-obatan tertentu.

Dalam beberapa kasus, gangguan rasa mungkin bersifat permanen. Dalam kondisi ini, pengobatan hanya bisa berperan sampai taraf tertentu, tanpa bisa mengembalikan kondisi seperti sediakala.

dr. Margareta AmeliaMeskipun seorang pasien tidak dapat mengecap rasa seperti manis atau gurih, jangan terus menambahkan gula atau garam sampai lidah bisa mengecapnya. Hal ini justru akan berbahaya dalam jangka panjang di mana pasien berpotensi mengalami masalah lain seperti diabetes atau tekanan darah tinggi.

Yang jelas, hilangnya rasa tidak boleh dianggap enteng dan harus segera dikonsultasikan dengan dokter. Semoga membantu.

Kemboja

?Kemboja
Plumeria alba (Kemboja putih)
Plumeria alba (Kemboja putih)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:Plantae
Divisi:Magnoliophyta
Kelas:Magnoliopsida
Ordo:Gentianales
Famili:Apocynaceae
Genus:Plumeria
Tourn. ex L.
Species
7-8 spesies :
Kemboja atau semboja merupakan sekelompok tumbuhan dalam marga Plumeria. Bentuknya berupa pohon kecil dengan daun jarang namun tebal. Bunganya yang harum sangat khas, dengan mahkota berwarna putih hingga merah keunguan, biasanya lima helai. Bunga dengan empat atau enam helai mahkota bunga oleh masyarakat tertentu dianggap memiliki kekuatan gaib.

Tumbuhan ini berasal dari Amerika Tengah. Nama Plumeria diberikan untuk menghormati Charles Plumier (1646-1706), pakar botani asal Perancis. Walaupun berasal dari tempat yang jauh, kemboja sekarang merupakan pohon yang sangat populer di Pulau Bali karena ditanam di hampir setiap pura serta sudut kampung, dan memiliki fungsi penting dalam kebudayaan setempat. Di beberapa tempat di Nusantara, termasuk Malaya, kemboja ditanam di pekuburan sebagai tumbuhan peneduh dan penanda tempat. Kemboja dapat diperbanyak dengan mudah, melalui stek batang.
Plumeria saat ini populer digunakan sebagai tanaman hias outdoor awalnya tanaman ini hanya digunakan sebagai tanaman kuburan.


Kemboja

?Kemboja
Plumeria alba (Kemboja putih)
Plumeria alba (Kemboja putih)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Gentianales
Famili: Apocynaceae
Genus: Plumeria
Tourn. ex L.
Species
7-8 spesies :
Kemboja atau semboja merupakan sekelompok tumbuhan dalam marga Plumeria. Bentuknya berupa pohon kecil dengan daun jarang namun tebal. Bunganya yang harum sangat khas, dengan mahkota berwarna putih hingga merah keunguan, biasanya lima helai. Bunga dengan empat atau enam helai mahkota bunga oleh masyarakat tertentu dianggap memiliki kekuatan gaib.

Tumbuhan ini berasal dari Amerika Tengah. Nama Plumeria diberikan untuk menghormati Charles Plumier (1646-1706), pakar botani asal Perancis. Walaupun berasal dari tempat yang jauh, kemboja sekarang merupakan pohon yang sangat populer di Pulau Bali karena ditanam di hampir setiap pura serta sudut kampung, dan memiliki fungsi penting dalam kebudayaan setempat. Di beberapa tempat di Nusantara, termasuk Malaya, kemboja ditanam di pekuburan sebagai tumbuhan peneduh dan penanda tempat. Kemboja dapat diperbanyak dengan mudah, melalui stek batang.
Plumeria saat ini populer digunakan sebagai tanaman hias outdoor awalnya tanaman ini hanya digunakan sebagai tanaman kuburan.


Tidur Pakai Bra, Benarkah Berbahaya?

“Melihat penderitaan ibu terkena kanker payudara, saya jadi khawatir. Makanya, sampai sekarang saya nggak mau lagi tidur pakai bra,” celoteh seorang artis sinetron di televisi. 

Ucapan sang artis yang sangat mungkin didengar jutaan penonton di Indonesia itu, seolah mempertegas bahwa pemakaian bra saat tidur berpotensi menimbulkan kanker payudara. Maka, tidak sedikit wanita menghindari mengenakan bra saat tidur.
Benarkah pemakaian bra saat tidur bisa memicu munculnya kanker payudara?
“Nggak betul itu, tidak ada hubungan antara mengenakan bra saat tidur dengan munculnya kanker payudara,” kata dr. Febriansyah, SpOG., yang berpraktik di RSIA Kemang Medical Care, Kemang, Jakarta Selatan. Menurut dia, wanita boleh saja mengenakan bra saat tidur.

“Asalkan pilih bra yang tidak berkawat, karena model bra seperti ini membuat payudara tertekan. Akibatnya, aliran darah tidak lancar dan ini akan memengaruhi kesehatannya,” kata dr. Febriansyah.

Idealnya, lanjut Febriansyah, saat tidur memang sebaiknya tidak mengenakan pakaian dalam agar aliran darah bisa lebih lancar, tubuh menjadi lebih rileks, dan saat bangun tidur tubuh terasa lebih bugar.

“Kalau payudara tertekan, bra akan menghambat aliran darah sehingga menimbulkan beberapa masalah, misalnya merasa pegal dan sakit,” tambahnya.

Sama halnya dengan pria. Kata dia, informasi yang menyebut pria mengenakan celana dalam saat tidur bisa menyebabkan kemandulan itu tidak benar.
“Yang pasti, pria sebaiknya tidak mengenakan celana dalam ketat saat tidur. Sama saja tujuannya supaya tidak ada tekanan pada alat kelamin dan aliran darah lancar,” katanya.

Pria boleh saja mengenakan celana saat tidur, tapi pilihlah model celana longgar misalnya celana boxer. Baik pria maupun wanita, tidur hendaknya mengenakan pakaian longgar atau tidak terlalu ketat.

“Wanita yang mengenakan celana dalam terlalu ketat, sirkulasi udara pada vaginanya bisa terganggu. Hal ini dapat menimbulkan masalah keputihan,” kata Febriansyah.

Selain harus longgar, lanjutnya, hendaknya pria maupun wanita mengenakan pakaian yang mampu menyerap keringat. Sebab, di saat tidur, tubuh kita berkeringat. “Jangan mengenakan pakaian berbahan polyester karena bahan ini tidak menyerap keringat.

Tidur Pakai Bra, Benarkah Berbahaya?

“Melihat penderitaan ibu terkena kanker payudara, saya jadi khawatir. Makanya, sampai sekarang saya nggak mau lagi tidur pakai bra,” celoteh seorang artis sinetron di televisi. 

Ucapan sang artis yang sangat mungkin didengar jutaan penonton di Indonesia itu, seolah mempertegas bahwa pemakaian bra saat tidur berpotensi menimbulkan kanker payudara. Maka, tidak sedikit wanita menghindari mengenakan bra saat tidur.
Benarkah pemakaian bra saat tidur bisa memicu munculnya kanker payudara?
“Nggak betul itu, tidak ada hubungan antara mengenakan bra saat tidur dengan munculnya kanker payudara,” kata dr. Febriansyah, SpOG., yang berpraktik di RSIA Kemang Medical Care, Kemang, Jakarta Selatan. Menurut dia, wanita boleh saja mengenakan bra saat tidur.

“Asalkan pilih bra yang tidak berkawat, karena model bra seperti ini membuat payudara tertekan. Akibatnya, aliran darah tidak lancar dan ini akan memengaruhi kesehatannya,” kata dr. Febriansyah.

Idealnya, lanjut Febriansyah, saat tidur memang sebaiknya tidak mengenakan pakaian dalam agar aliran darah bisa lebih lancar, tubuh menjadi lebih rileks, dan saat bangun tidur tubuh terasa lebih bugar.

“Kalau payudara tertekan, bra akan menghambat aliran darah sehingga menimbulkan beberapa masalah, misalnya merasa pegal dan sakit,” tambahnya.

Sama halnya dengan pria. Kata dia, informasi yang menyebut pria mengenakan celana dalam saat tidur bisa menyebabkan kemandulan itu tidak benar.
“Yang pasti, pria sebaiknya tidak mengenakan celana dalam ketat saat tidur. Sama saja tujuannya supaya tidak ada tekanan pada alat kelamin dan aliran darah lancar,” katanya.

Pria boleh saja mengenakan celana saat tidur, tapi pilihlah model celana longgar misalnya celana boxer. Baik pria maupun wanita, tidur hendaknya mengenakan pakaian longgar atau tidak terlalu ketat.

“Wanita yang mengenakan celana dalam terlalu ketat, sirkulasi udara pada vaginanya bisa terganggu. Hal ini dapat menimbulkan masalah keputihan,” kata Febriansyah.

Selain harus longgar, lanjutnya, hendaknya pria maupun wanita mengenakan pakaian yang mampu menyerap keringat. Sebab, di saat tidur, tubuh kita berkeringat. “Jangan mengenakan pakaian berbahan polyester karena bahan ini tidak menyerap keringat.

Akibat Buruk Pakaian Dalam

Pernah mendengar nasihat “jangan pergi meninggalkan rumah tanpa memakai pakaian dalam yang bersih”? Ternyata masih ada hal yang perlu diperhatikan.

Memakai celana dalam katun saat olahraga
Bahaya: Infeksi bakteri


Celana dalam katun yang seharusnya bisa mencegah infeksi bakteri, tetapi jika berkeringat, kain katun yang susah kering dapat meningkatkan risiko kesehatan Anda, ujar Cynthia Bayer, seorang praktisi perawat di Drexel University di Philadelphia.
Solusi: kain yang terbuat dari serat bambu, yang membuang keringat jauh lebih cepat daripada katun.

Memakai shapewear/korset yang terlalu ketat
Bahaya: Kerusakan saraf dan masalah lainnya


Penggunaan shapewear dan pakaian ketat yang terlalu sering bisa menyebabkan infeksi saluran kemih, ujar  penasihat medis Consumer Reports, Orly Avitzur, MD
Solusi: Batasi pemakaian. Pakailah hanya beberapa hari dalam seminggu, jangan setiap hari.

Memakai thong/G-string yang terlalu ketat
Bahaya: Masalah buang air kecil


Para peneliti di Georgia Health Sciences University mengatakan kain yang terselip di antara bokong akan menyebabkan nyeri saat buang air kecil dan meningkatnya frekuensi buang air kecil.

Solusi: Cobalah thong dengan tali pinggang renda, yang biasanya lebih longgar.