Senin, 13 Agustus 2012

Thumbs up Tips Mudah Belajar Bahasa Asing Dengan Memahami Kerja Otak


Quote:
Quote:
Kadang kita merasa bosan ketika mendengar ada pelajaran atau mata kuliah Bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya karena kosakatanya sukar, cara pengucapannya sulit, tata bahasa membingungkan, dan masalah kebahasaan lain. Kurikulumpembelajaran Bahasa Inggris, misalnya, selama ini kaku dan terpaku pada teks saja itu memang sangat menyusahkan murid. Bahasainformasitips.com/tips-mudah-belajar-bahasa-asing-dengan-memahami-kerja-otak 2/8menjadi tidak menyatu dalam kehidupan sehari-harinya. Padahalsejak kita balita, kita sudah belajar bahasa.

Belajar bahasa adalah fenomena alami. Artinya, sebenarnya bahasa bisa dipelajarisecara natural tanpa harus melalu proses pembelajaran di kelas yang kesannya terpaksa, otak punya ‘sistem’ hingga kita bisa berbahasa ibu. Oleh karena itu, dengan mempelajari bagaimana otak belajar secara alami, diharapkan para guru bahasa asing bisa menerapkannya dan mengajarkan pada anak didiknya secara efektif.

Sudah lama diketahui bahwa otak memiliki beberapa bagian dan mempunyai peran masing-masing seperti bagian otak depan berperan untuk alasan abstrak dan perencanaan, sedangkan otak bagian belakang berperan untuk indera penglihatan. Hingga sekarang, hal itu dipercaya bahwa bagian-bagian yang terspesifikalisasi ini telah berkembang darisebuah rekam jejak genetis yang menentukan fungsi area spesifik pada otak. Artinya, area ini memang sudah terdesain sejak kita lahir.


Gejala baru menunjukkan bahwa otak itu jauh lebih lunak dari yang selama ini kita pikirkan. Penemuan terbaru menunjukkan bahwa fungsi tertentu pada bagian yang spesifik tidak terbagisejak bayi melainkan terbentuk berdasarkan pengalaman dan pembelajaran. Jika dianalogikan dengan komputer akan seperti ini, otak kita ketika masih muda atau anak-anak adalah hardware yang belum terinstall software. Software di otak ini memanfaatkan kapasitas pengolahan yang luar biasa dari otak dalam bentuk fungsi-fungsi khusus, seperti penglihatan, bau, dan bahasa. Semua individu harus memperoleh atau mengembangkan perangkat lunak mereka sendiri untuk memanfaatkan kekuatan pengolahan otak sejak mereka dilahirkan.

O’Leary dan Stanfield dalam jurnalBrain Research-nya melakukan percobaan pada tikus. Jaringan kortikal yang dipindahkan dari lokasi aslinya ke lokasi baru di otak hewan muda mengambilstruktur dan fungsi lokasi baru dan bukan dari lokasisemula. Lebih khususnya, neuron di korteks visual tikus telah ditransplantasikan ke daerah otak yang biasanya terkait dengan tubuh dan fungsisensorik. Jaringan transplantasi tersambung ke fungsisepertisomato-sensorik neuron dan menghilangkan kapasitas untuk memproses informasi visual.


Demikian juga jika input dari mata dialihkan dari apa yang biasanya akan menjadi daerah visual otak ke area yang biasanya menjadi area pendengaran dari otak, daerah yang menerima input visual mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi visual, bukan pendengaran. Dengan kata lain, input inilah yang menentukan fungsi area tertentu pada area otak. Penemuan ini mengindikasikan hal yang penting kepada para pengajar bahasa asing, bahwa mereka tidak perlu menyerah kepada murid yang telah dewasa.

Selain itu, sebuah jurnal online CerebralCortex memaparkan bahwa orang yang memiliki ukuran Heschl’s gyrus pada otak kirinya lebih besar akan lebih mudah mempelajari bahasa asing. Akan tetapi penelitian yang dipimpin oleh Patrick Wong dari Northwestern University, Illinois, hasilnya hanya berlaku pada kemampuan tonal atau logat yang khas, bukan kosakata itu sendiri, misalnya bahasa China.


Apa implikasi dari temuan ini dalam dunia pengajaran?

1. Penerapan bahasa pada kehidupan nyata.
Pengajaran yang efektif harus mencakup fokus secara keseluruhan. Kaitkan mekanisme ejaan kepada siswa dengan penggunakan bahasa tulis yang bermakna yaitu mengekspresikan diri dengan menulis buku harian, misalnya, juga memberikan motivasi penting untuk belajar membaca dan menulis. Kemahiran kosakata siswa dapat ditingkatkan ketika diaplikasikan dalam dunia nyata yang sangat dekat sekali dengan mereka. Misalnya ketika mereka mendengar kata doggie. Pada saat yang sama, rangkaian otak auditori untuk kata doggie diaktifkan, dan rangkaian otak visual juga diaktifkan. Aktivasisimultan rangkaian pada area yang berbeda pada otak itu dinamakan proses paralel.



2. Belajar melalui kesalahan.
Kadang seseorang malu ketika akan mempraktekkan bahasa yang telah kita pelajari karena kita khawatir kita melakukan kesalahan dan ditertawakan oleh orang lain. Ketika terjadi kesalahan, ia akan malu dan justru kata atau kalimat itu akan meninggalkan jejak atau kesan di otaknya, dan ia akan terus mengingatnya dan mencari yang benar. Jadi, seorang pengajar harus mendorong-dorong siswanya untuk terus mencoba. Kesalahan adalah wajar. Yang terpenting dari belajar bahasa adalah praktek, praktek, dan praktek.


3. Mengenal kosakata melalui pendekatan emosi
Penelitian tentang otak menunjukkan bahwa perintah pusat otak yang lebih tinggi memusat pada proses yang kompleks, informasi yang abstrak dapat mengaktifkan dan berinteraksi dengan pusat-pusat perintah otak yang lebih rendah, begitu juga sebaliknya. Mengajarisiswa beberapa ekspresi emosisederhana (kosakata dan idiom) dan bisa memunculkan konteks berbicara tentang emosi yang berbeda dan situasi yang bisa menimbulkan emosi yang berbeda pula. Jumlah kosakata siswa dapat ditingkatkan saat itu juga karena telah tertanam dalam konteks dunia nyata yang kompleks dan akrab bagi mereka. Siswa perlu waktu dan pengalaman atau praktek untuk mengkonsolidasikan pengetahuan dan keterampilan baru supaya menjadi lancar dan terartikulasi.


4. Sedikit namun rutin.
Pada tahap pertama belajar, rangkaian syaraf otak diaktifkan secara sedikit demisedikit, tidak utuh, dan masih lemah. Hal ituseperti melihat sekilas foto dan sangat kabur. Dengan beberapa kali pengulangan dan praktek, gambar tersebut akan menjadi lebih jelas dan lebih detail. Dengan adanya proses tersebut, tidak dapat dipungkiri bahwa belajar memang memerlukan waktu yang lama. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa siswa dapat belajar lebih efektif jika dilakukan secara rutin meskipun dalam tempo yang relatif pendek.


Ada banyak waktu yang bisa dimanfaatkan untuk belajar. Misalnya mengajak siswa menghafalkan kosakata ketika di berada angkutan umum, mencoba menamai benda-benda yang siswa temuiselama di jalan, mengingat kembali ketika makan, bahkan mencoba melafalkan kalimat ketika mandi.
Membuat flash card yang berisi kosakata ata membuat catatan di buku note kecil yang muat untuk saku juga akan sangat membantu.
Jadi ketika ada seseorang yang bilang, “Kamu harus pergi ke Inggris atau Amerika supaya bisa berbahasa Inggris,” itu memang benar.
Namun demikian kita tidak harus benar-benar pergi kesana, hanya menciptakan suasana saja.

sumber



Selamat mencoba dan semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar