Minggu, 09 Maret 2014

Menyikapi Anak Berucap Kasar

Menyikapi Anak Berucap Kasar

Penulis : Nurlaelatul Fitrianah

Lingkungan merupakan tempat bagi anak-anak untuk mengembangkan potensi atau sekadar mencoba hal-hal baru. Sifat alami seorang anak adalah meniru sikap dan perilaku lingkungan sekitar.

Hidup di lingkungan yang cenderung keras, bukan tidak mungkin membuat anak besikap kasar secara verbal. Setiap kali merasa tidak nyaman, kata-kata kasar bisa langsung keluar.

Perilaku seperti itu kadang membuat orang tua khawatir. Apa yang harus dilakukan untuk menghadapi anak yang sering berbicara atau berperilaku kasar?

Pakar Psikologi, Retno IG Kusuma menuturkan, perilaku kasar anak dapat disebabkan oleh dua hal. Pertama, anak sedang mengimitasi atau meniru perilaku lingkungan sekitar, televisi, ataupun game yang dimainkannya. Kedua, anak sedang melakukan proses mencoba-coba untuk mengetahui reaksi dari lingkungan sekitar terhadap perilaku kasar tersebut.

"Ada dua respons yang akan diperlihatkan orang tua yaitu marah dan tertawa," ujar Retno saat diwawancarai Plasadana.com untuk Yahoo Indonesia.

Psikolog lulusan Universitas Gadjah Mada ini menjelaskan, boleh jadi orang tua akan tertawa karena menganggap perilaku sang anak lucu. Bagaimana mungkin seorang anak bisa berbicara atau bertingkah kasar seperti itu.

"Sedangkan, jika orang tua marah itu karena memang menganggap sikap tersebut sudah tidak wajar bagi anak-anak," papar Retno.

Namun, psikolog yang ahli di bidang permasalahan anak ini menyarankan, ketika seorang anak berbicara kasar, hal pertama yang  harus dilakukan sebagai orang tua adalah tetap bersikap tenang. Sebab, hal tersebut merupakan proses yang wajar dan positif. Artinya, sang buah hati memiliki kepedulian dengan lingkungan sekitar walaupun dengan cara yang kurang tepat.

"Karena kemampuan meniru adalah kecerdasan," ungkap  Anggota Tim Psikologi di Yayasan Kanker Indonesia (YKI) itu.

Kemudian, hal yang perlu dilakukan oleh orang tua dalam menyikapi perilaku kasar anak adalah dengan mengabaikannya.  Sebab, jika orang tua merespons, berarti orang tua seolah setuju dengan perilaku kasar dari sang anak.

"Lebih baik orang tua pura-pura tidak dengar saja, karena nanti sang anak akan capek sendiri karena tidak mendapat respon atau perhatian," terangnya.

Sebaliknya, jika sang anak berperilaku baik, orang tua harus memberikan reward. Dengan begitu, sang anak akan berpikir, ternyata jika berperilaku positif maka orang tua akan merespons. Reward  juga bertujuan untuk mempertahankan sikap baik dari sang anak.

Selain itu, orang tua juga perlu mengajak anak berbicara dan berdiskusi untuk mengarahkan kepada mereka mana perilaku baik dan mana perilaku yang masuk kategori buruk. 

"Orang tua harus memfilter apa saja yang diterima sang anak dan tetap memantau perkembangan perilaku anak," tukas Ratna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar